Powered By Blogger

Selasa, 03 April 2012

SEMINAR INTERNASIONAL OLEH BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

T


Pengembangan Keterampilan Menulis
Laporan Seminar Internasional oleh Bahasa dan Sastra Indonesia 

 





Nama         : MUH DAHLAN
NIM  : 10533592809
Kelas : VH

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH  MAKASSAR
A.    Sastra di Italia
Sastra di Italia sangat rutin, karena Italia merupakan Negara kesusastraan. Sastra di Italia sangat berpengaruh terhadap sastra dunia. Jadi, sastra di Italia sangat penting. Mulai dari kalangan SMA, pengajarannya sudah diajarkan. Sastra di Italia merupakan warisan budaya dan sangat dicintai oleh masyarakat. Di Italia tidak ada perbedaan terhadap jurusan eksakta maupun ilmu murni, karena melalui ilmu sastra dapat memperkuat kebahasaan.
Sastra dapat memperkuat kebahasaan sehingga sastra menjadi pelajaran wajib di Italia oleh Departeman Pendidikan di sana. Jadi, meskipun bahan yang diajarkan oleh sastra ditentukan oleh PDA di sana, guru mempunyai hak untuk mengajarkan sastra kepada siswa dengan bebas.
Di Italia sekolah dasar (SD 5 tahun) diajarkan aspek menulis dan membaca. Siswa kelas 3 mampu menceritakan teks sastra. Kemampuan membaca mampu membawa unsur-unsur linguistik. Bahan ajar yang dipakai lebih banyak puisi dan naratif seperti dongeng. Siswa di SD diwajibkan membaca buku sastra di rumah dan dipresentasikan di kelas. Kegunaannya adalah untuk mengembangkan estetik dalam memahami teks dan menstimulasi imajinasi anak yang sangat penting, serta belajar mendeteksi unsur-unsur teks agar dapat dipahami, misalnya kemampuan yang diajarakan adalah interverensi, kemampuan itu dilakukan untuk memahami unsur teks, serta murid diminta untuk memahami karya sastra secara karakteristiknya masing-masing. Contoh, di Italia pendekatannya lebih kepada pembaca. Jadi, dalam hal ini si pembaca bukan unsur yang pasif melainkan aktif.
Metode yang digunakan lebih induktif. Artinya anak-anak lebih banyak mencari sendiri, dan sebelum siswa diminta untuk membaca, guru diharapkan membacakan terlebih dahulu dengan suara keras, sehingga siswa terbiasa mendengarkan.
Bahan untuk anak-anak disertai dengan gambar agar lebih menarik. Dianjurkan pula untuk bekerja sama secara individual atau berkelompok. Misalnya, setelah aktivitas membaca dilakukan ada kegiatan lainnya yaitu menggambar atau diberikan gambar untuk diceritakan secara kreatif, atau diberikan cerita kemudian siswa diminta untuk melanjutkan ceritanya.




B.     Multikulturalisme dalam Sastra Asing (Spanyol)
Para guru sastra banyak sekali mendapat kesulitan yaitu membaca, karena membaca dianggap suatu kebosanan. Eropa mempunyai apresiasi sastra sangat tinggi, tetapi juga mempunyai kesulitan untuk memotivasi dalam hal membaca. Para guru di Spanyol terkadang bingung untuk memberikan sastra klasik atau biasa. Sastra anak-anak adalah serangkaian teks yang dibuat oleh orang dewasa yang diperuntukkan oleh anak-anak. Teks sastra mempunyai tujuan tertentu dalam pendidikan.
Sastra sangat menunjang bahasa. Para ahli mengatakan bahwa sejauh mana nilai kemampuan yang dimiliki anak-anak. Ataukah apakah kita memberikan sastra anak-anak? Sastra jangan dijauhkan dalam bahasa. Karena bahasa dalam sastra adalah unik. Sastra itu sangat khas. Guru di Spanyol biasa mengubah bahasa sastra klasik agar lebih menarik sehingga keasliannya sudah tidak ada.
Karya klasik sangat penting karena merupakan warisan nasional. Dalam pengajaran sastra sangat penting diaktifkan. Budaya anak didik tersebut yang konteks budayanya sangat dekat dengan anak. Contohnya, karya dari Van…. Yang membawa keranjang, turun salju. Seharusnya diberikan sastra kebudayaan seperti Ande-ande Lumut yang dekat dengan budaya anak.
Kesimpulannya mengajar sastra itu sulit terutama dalam memotivasi.

C.    Pramudya Ananta Menggugat
Pramudya Ananta menggugat, Prof. Koh Young Hun. Jakarta: Bromedia, Desember 2011 XXiX. 407 hlm.
Melacak jejak Indonesia, Maman S. Mahayana, Universitas Indonesia. Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea.
Beberapa kajian tentang Pramudya:
Apsanti Djoko Sujatno. 2004. Membaca Katrologi Bumi.
Konteks kajian:
1.      Paling lengkap membahas semua novel
2.      Pendekatan biografis, sosial-budaya, dan historisme
Pram dalam sejarah sastra: 1945-1950, 1951-1960, 1961-1965, 1966-1978, 1979- sekarang.
Pengaruh situasi sosial, politik, budaya:
·         Titik berangkat 1945:
1.      Balai Pustaka tidak berada di bawah pemerintahan Kolonial.
2.      Pudarnya dominasi pengarang sastra.
3.      Masuknya unsur daerah.
4.      Latar revolusi sebagai usaha menonaktifkan semangat kebangsaan.
5.      Konsep Angkatan 45.
·         1946-1950:
Ibukota Indonesia pindah ke Yogyakarta 4 Januari 1946
·         1950-1960:
Surat Kepercayaan Gelanggang (18 Februari 1950)
Generasi Gelanggang:
1.      Kebebasan individu.
2.      Kemanusiaan sejagad.
3.      Tanpa ikatan.
4.      Penerimaan berbagai pengaruh asing, pengangkatan budaya baru.
Komunisme adalah termasuk dalam lingkungan humanisme, tetapi negara totaliter Rusia sekarang adalah musuh dari humanisme.
Kesimpulan:
1.      Terjadi perdebatan humanisme universal dan gagasan masyarakat prosetarial.
2.      Seni untuk seniman versus seni untuk masyarakat.
3.      Pembelaan versus penolakan Angkatan 45.
4.      Penolakan versus pemaksaan politik.
Konteks Kritik Sastra
Sastra pada hakikatnya ideologis. Sastra Indonesia sejak Munsyi Abdullah sampai sekarang menawarkan ideologi. Pelajaran sastra:
1.      Apresiasi sastra bukan pengetahuan tentang kesusastraan.
2.      Dapat dimanfaatkan untuk pelajaran demokrasi.
3.      Bagian dari cara berpikir kreatif dan argumentasi.
4.      Pintu masuk untuk memahami budaya, etnik di seluruh Nusantara.
5.      Penelitian sastra mestinya tidak berhenti hanya pada makna dan tafsir teks, melainkan juga melakukan penelusuran pada konteks sosial- budaya.

Pramudya menggugat melacak jejak Indonesia:
1.      Jembatan untuk menempatkan pengarang dalam konteks sejarah.
2.      Jembatan untuk mencoba memasuki karya-karya yang dibahas.
3.      Penerimaan/penolakan pada sebuah kajian (sastra) memungkinkan kehidupan kritik sastra berkembang semarak.
Pram menggugat siapa?
·         Nasionalisme
·         Sejarah
·         Feodalisme
·         Indonesia (Nusantara) sebagai Negara maritim
·         Kedudukan dan peran wanita.

D.    Sastra di Kaula Muda
Karya sasrta di Indonesia ternyata mengalami perubahan-perubahan yang disebut periodisasi lama. Terjadi pergeseran di mana diangkat pujangga lama dan syair.

Berikut para keynote speaker
1.      Prof Maman. S. Mahayana ( Universitas Hangkuk Korea)
2.      Emilia Magilone ( Universitas Napai Italia)
3.      Denny Susanto (Universitas Indonesia)
4.      Andi Arsyil Rahman Putra (Indonesia)

1.      Prof. Maman. S. Mahayana (Universitas Hankuk-Korea)

Dalam hal ini Prof. Maman S. Mahayana membahas masalah buku yang berjudul pramodya menggugat pradata:
Pramodya Menggugat Pradata
Melacak jejak Indonesia Prof. Koh Young Hun Jakarta: Gramedia, Desember 2011 XXXiX+ 407 halaman, Maman S. Mahayana Universitas Indonesia Hangkuk University of Foreg Studies Scoul – Korea

Pramodya menggugat apa?
1.      Nasionalisme ketika nasionalisme luntur
2.      Sejarah yang sering kau melupakannya
Contoh: Syekh Yusuf yang mengorbankan Islam melalui buku wajib dalam masjidil haram
3.      Feodalisme
4.      Indonesia Sebagai Negara maritime atau Nusantara
5.      Kedudukan peran wanita.
Agamanya wanita yang kenyataanya sekarang wanita ikut andu dalam peran nasional.


2.      Emilia Magilone ( Universitas Napoli Italia)
           
                        
                             “ Italia adalah Negara Sastra”
Sastra di Italia merupakan Pengaruh kesusastaraan dunia salah satu cabang sastra, sonata yang diciptakan di Italia bahkan ada sastrawan yang menggunakannya : Misalnya, para penyair di Italia ada yang menenangkan enam norel sastra. Italia sangat mementingkan Sastra, mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA. Sastra merupakan warisan budaya yang dicintai, Jadi, memang kami di Italia sering mengadakan kegiatan rutin dan diberikan pengajaran sastra yang dikembangkan secara menyeluruh. Di Italia tidak ada yang dibeda-bedakan sehingga sastra menjadi pelajaran resmi, meskipun bahan-bahan dalam sastra ditentukan oleh Pengajaran semua guru-guru.
Sekolah SD. Enam tahun masanya selama dua tahun pertama memiliki dua kompotensi yaitu menulis dan membaca dan setelah kelas tiga dapat mempelajari teks-teks sastra, kemampuan membaca adalah kita mampu membaca dengan baik, bahan yang dipakai banyak namun yang sering dipakai SD di Italia wajib membaca satu buku dan harus ada catatan kecil kemudian dipresentasikan di kelas guna untuk mengembangkan rasa estetik dan belajar juga untuk mendeteksi unsur-unsur  dalam  teks, misalnya, kemampuan yang diajarkan dengan intenperensi seperti apa kemampuannya. Murid-murid diminta untuk menulis (Emilia) akan memberikan contoh dalam keterampilan membaca yang dapat berinteraksi dengan teks, metode yang digunakan membantu atau membimbing daya (kosongkan).Dan sebelum meminta anak-anak membaca sastra guru terlebih dahulu membacakan dengan suara keras sehingga siswa dapat memahaminya.

3.Danny Susanto ( Universitas Indonesia).

“ Pengajaran Sastra Di Spanyol”

Pengajaran guru biasanya mengalami kesulitan. Apresiasi yang sulit diajarkan untuk memotivasi siswa dalam membaca apalagi sastra. Sastra anak-anak adalah serangkaian teks yg ditulis sesuai dengan pemahaman anak-anak. Sastra itu sendiri memiliki kekhasas dalam bersastra. Karya klasik nasional yang bersifat nasional susah untuk dimengerti anak. Anak, sebagai pendidik penting sekali diajarkan sehingga konteks budaya dalam dapat di ketahui anak-anak.
 4 Andi Arsyil Rahman Putra ( Indonesia )
 Dimana pun kita bias menulis. Menulislah demi kemanusiaan jangan karena materi, dan jangan menulis karena membaca.