BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tauhid. Pengertian Ilmu Tauhid. Tauhid adalah aqidah. Aqidah berarti keyakinan. Keyakinan bahwa Allah itu Maha Esa. Aqidah juga berarti sebuah ikatan yang kuat antara manusia sebagai makhluk dengan Allah sebagai Khaliq. Ikatan yang kuat antara sesama manusia dalam satu keyakinan. Satu tauhid dan tauhid yang satu. Tauhid adalah Ath-thariqah. Ath-thariqah berarti jalan untuk memahami Keesaan Allah.
Dan tauhid pun terbagi atas tiga macam :
Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah. Tauhid Rububiyah melihat dari asal katanya ar-rabb yang berarti mengmbangkan sesuatu dari suatu keadaan pada keadaan yang lain sampai mencapai kedaan yang sempurna. Dan tidak disebut sendirian kecuali untuk Allah dan apabila ditambahkan kepada kalimatyang lain,maka hal itu bisa untuk Allah.
Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah. Tauhid Uluhiyah yaitu tauhid yang mengesakan Allah dengan perbuatan – perbuatan hambaNya atau mengesakan Allah melalui niat dan ibadah yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah semata.
Tauhid Asma wa Sifat
Tauhid Asma wa Sifat. Tauhid Asma wa Sifat yaitu mengesakan Allah melalui pengakuan dan penghayatan tentang nama – nama dan sifat Allah yang didasarkan kepada Al-Quran dan Hadist Rasulullah
B. Rumusan masalah
a. Pergertian tauhid
b. Pembagian tauhid
BAB II
PEMBAHASAN
A. TAUHID
Tauhid (Arab :توحيد), adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah.
Tauhid dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah, uluhiyah dan Asma wa Sifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari kalimat sahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.
Kedudukan Tauhid dalam Islam
Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat merupakan syarat diterimanya amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan rasulullah.
Dalil Al Qur’an Tentang Keutamaan & Keagungan Tauhid
Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS An Nahl: 36)
“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (QS At Taubah: 31)
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)” (QS Az Zumar: 2-3)
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus” (QS Al Bayinah: 5)
Perkataan Ulama tentang Tauhid
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Orang yang mau mentadabburi keadaan alam akan mendapati bahwa sumber kebaikan di muka bumi ini adalah bertauhid dan beribadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa serta taat kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Sebaliknya semua kejelekan di muka bumi ini; fitnah, musibah, paceklik, dikuasai musuh dan lain-lain penyebabnya adalah menyelisihi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan berdakwah (mengajak) kepada selain Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa. Orang yang mentadabburi hal ini dengan sebenar-benarnya akan mendapati kenyataan seperti ini baik dalam dirinya maupun di luar dirinya” (Majmu’ Fatawa 15/25)
Karena kenyataannya demikian dan pengaruhnya-pengaruhnya yang terpuji ini, maka syetan adalah makhluk yang paling cepat (dalam usahanya) untuk menghancurkan dan merusaknya. Senantiasa bekerja untuk melemahkan dan membahayakan tauhid itu. Syetan lakukan hal ini siang malam dengan berbagai cara yang diharapkan membuahkan hasil.
Jika syetan tidak berhasil (menjerumuskan ke dalam) syirik akbar, syetan tidak akan putus asa untuk menjerumuskan ke dalam syirik dalam berbagai kehendak dan lafadz (yang diucapkan manusia). Jika masih juga tidak berhasil maka ia akan menjerumuskan ke dalam berbagai bid’ah dan khurafat. (Al Istighatsah, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal 293, lihat Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR Walid bin Abdurrahman bin Muhammad Ali Furayaan, hal 4)
B. Pembagian Tauhid
1. Rububiyah
Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat serta menjaga seluruh Alam Semesta. Sebagaimana terdapat dalam Al Quran surat Az Zumar ayat 62 :“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu“. Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Alloh “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).“ (Ath-Thur: 35-36)
Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi Rosululloh mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Alloh, “Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?’” (Al-Mu’minun: 86-89).
2. Uluhiyah/Ibadah
Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya. “Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana” (Al Imran : 18). Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyahNya. Mengesakan Alloh dalam segala macam ibadah yang kita lakukan. Seperti shalat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya kepada Alloh semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rosul dan merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Alloh mengenai perkataan mereka itu “Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shaad: 5). Dalam ayat ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Alloh semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Alloh dan Rosul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Alloh adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.
3. Asma wa Sifat
Beriman bahwa Allah memiliki nama dan sifat baik (asma’ul husna) yang sesuai dengan keagunganNya. Umat Islam mengenal 99 asma’ul husna yang merupakan nama sekaligus sifat Allah.
Tidak ada Tauhid Mulkiyah
Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah Azza wa Jalla, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40.
Amal shalih apapun, baik itu shalat, shaum,zakat, haji, infaq, birrul walidain (bakti pada orang tua) dan sebagainya tidak mungkin diterima Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan tidak ada pahalanya bila tidak disertai tauhid yang bersih dari syirik. Berapa banyaknya amal kebaikan yang dilakukan seseorang tetap tidak mungkin ada artinya bila pelakunya tidak kufur kepada thaghut, sedangkan seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah apabila dia tidak kufur kepada thaghut. Kufur kepada thaghut serta iman kepada Allah adalah dua hal yang dengannya orang bisa dikatakan mukmin dan dengannya amalan bisa diterima, Allah ta’ala berfirman :
“Siapa yang melakukan amal shalih baik laki-laki atau perempuan sedang dia itu mukmin, maka Kami akan berikan kepadanya penghidupan yang baik serta Kami akan memberikan kepadanya balasan dengan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka amalkan” (An Nahl : 97)
Dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala menetapkan pahala amal shalih hanya bagi orang mukmin, sedang orang yang suka membuat tumbal, sesajen, meminta kepada orang yang sudah mati atau mengusung falsafah system syirik lainya dia bukanlah orang mukmin, tetapi dia musyrik, karena tidak kufur kepada thaghut, sehingga shalat, shaum, zakat dan ibadah lainnya yang dia lakukan tidaklah sah dan tidak ada pahalanya.
Juga Allah ta’ala berfirman : “Siapa yang melakukan amal shalih, baik laki-laki atau perempuan sedangkan dia mukmin, maka mereka masuk surga seraya mereka diberi rizqi didalamnya tanpa perhitungan” (Ghafir/Al Mukmin : 60)
Juga dalam firmanNya ta’ala : “Dan siapa yang melakukan amalan-amalan shalih baik laki-laki atau perempuan, sedang dia itu mukmin, maka mereka masuk surga dan mereka tidak dizalimi barang sedikitpun” (An Nisa : 124)
Juga firmanNya ta’ala : “Dan siapa yang melakukan amal-amal shalih sedang dia itu mukmin, maka dia tidak takut dizalimi dan tidak pula takut akan dikurangi” (Thaha : 112).
Juga firmanNya ta’ala : “Dan siapa yang melakukan amal shalih, sedang dia itu mukmin maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya dan sesungguhnya Kami tuliskan bagi dia apa yang dia lakukan” (Al Anbiya : 94)
Jadi, kemanakah kita jika tidak ada tauhid?
Maka jawabannya ; hilang, sirna lagi sia-sia, sebagaimana firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:
“Sungguh, bila kamu berbuat syirik, maka hapuslah amalanmu, dan sungguh kamu tergolong orang-orang yang rugi” (Az Zumar : 65)
Amalan-amalan yang banyak itu hilang sia-sia dengan satu kali saja berbuat syirik, maka apa gerangan apabila orang tersebut terus-menerus berjalan diatas kemusyrikan, padahal ayat ini ancaman kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak mungkin berbuat syirik. Dan begitu juga para nabi semuanya diancam dengan ancaman yang sama. Allah ta’ala berfirman :
“Dan bila mereka berbuat syirik, maka lenyaplah dari mereka apa yang pernah mereka amalkan” (Al An’am : 88)
Ya, lenyap bagaikan debu yang disapu angin topan, sebagaimana firmanNya ta’ala : “Amalan-amalan mereka (orang-orang musyrik/kafir) adalah bagaikan debu yang diterpa oleh angin kencang di hari yang penuh badai” (Ibrahim : 18)
Dalam ayat ini Allah serupakan amalan orang-orang kafir dengan debu, dan kekafiran/kemusyrikan mereka diserupakan dengan angina topan. Apa jadinya bila debu diterpa angin topan… ? tentu lenyaplah debu itu.
Allah juga mengibaratkan amalan orang kafir itu dengan fatamorgana : “Dan orang-orang kafir amalan mereka itu bagaikan fatamorgana ditanah lapang, yang dikira air oleh orang yang dahaga, sehingga tatkala dia mendatanginya ternyata dia tidak mendapatkan apa-apa, justeru dia mendapatkan Allah disana kemudian Dia menyempurnakan penghisabanNya” (An Nur : 39)
Orang yang musyik disaat dia melakukan shalat, zakat, shaum, dan sebagainya, mengira bahwa pahalanya banyak disisi Allah, tapi ternyata saat dibangkitkan dia tidak mendapatkan apa-apa melainkan adzab!
Dalam ayat lain amalan-amalan mereka itu bagaikan debu yang bertaburan : “Dan Kami hadapkan apa yang telah mereka kerjakan berupa amalan, kemudian Kami jadikannya debu yang bertaburan” (al Furqan : 23)
Sungguh… sangatlah dia merugi sebagaimana dalam ayat lain :
“Katakanlah, “Apakah kalian mau kami beritahukan kepada kalian tentang orang-orang yang paling rugi amalannya, yaitu orang-orang yang sia-sia amalannya dalam kehidupan di dunia ini, sedangkan mereka mengira bahwa mereka melakukan perbuatan baik?” (Al Kahfi : 102-104)
Ya, memang mereka rugi karena mereka lelah, capek, letih, berusaha keras, serta berjuang untuk amal kebaikan, tapi ternyata tidak mendapat apa-apa karena tidak bertauhid. Allah ta’ala berfirman :
“Dia beramal lagi lelah, dia masuk neraka yang sangat panas” (Al Ghasyyiah : 3-4).
Ini (tauhid) adalah syarat paling mendasar yang jarang diperhatikan oleh banyak orang. Masih ada dua syarat lagi yang berkaitan dengan satuan amalan, yaitu ikhlas dan mutaba’ah. Dan berikut ini adalah penjelasan ringkasnya :
Pertama: Ikhlas. Orang yan melakukan amal shaleh akan tetapi tidak ikhlas, justru dia ingin dilihat orang atau ingin didengar orang, maka amalan-amalan itu tidak diterima Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagaimana firmanNya :
“Siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah dia beramal shalih dan tidak menyekutukan sesuatupun dalam ibadah kepada Tuhannya” (Al Kahfi : 110)
Ayat ini berkenaan dengan ikhlas, orang yang saat melakukan amal shalih dan dia bertujuan yang lain bersama Allah maka ia itu tidak ikhlas.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits qudsiy : “Bahwa Allah berfirman :
‘Aku adalah yang paling tidak butuh akan sekutu, siapa yang melakukan amalan dimana dia menyekutukan yang lain bersamaKu dalam amalan itu, maka Aku tinggalkan dia dengan penyekutuannya” (HR. Muslim)
Kedua: Mutaba’ah (sesuai dengan tuntunan Rasul). Amal ibadah meskipun dilakukan dengan ikhlas akan tetapi tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, maka pasti ditolak. Beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Siapa yang melakukan amalan yang tidak ada dasarnya dari kami , maka itu tertolak” (HR. Muslim)
Beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
“Jauhilah hal-hal yang diada-adakan karena setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat” (HR. At Tirmidzi)
Sedikit amal tapi diatas Sunnah adalah lebih baik daripada banyak amal dalam bid’ah. Ibnu Mas’ud radliyallahu ‘anhu berkata : “Ikutilah (tuntunan Rasulullah) dan jangan mengada-ada yang baru”
Jadi, dalam urusan ibadah, antum harus bertanya pada diri sendiri : “Apa landasan atau dalil yang kamu jadikan dasar? Karena siapa kamu beramal ?” Apabila tidak mengetahui dasarnya maka tinggalkanlah amalan itu karena hal itu lebih selamat bagi kita.
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين, والصلاة والسلام على أشرف المرسلين. أما بعد :
Ada tiga macam tauhid, yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, Tauhid Asma' wa Sifat. Berikut adalah pengertian dari Tauhid Rububiyah.
Pengertian Tauhid Rububiyah adalah meng-esakan Allah dalam penciptaan, pemberian rezeki, pemeliharaan alam semesta, penghancuran alam semesta, pencabutan nyawa, dan pembangkitan manusia. itulah tauhid rububiyah. beriman bahwa Allah satu-satunya pencipta, satu-satunya pemberi rezeki, tidak ada yang dapat memberi madhorot dan manfaat kecuali hanya Allah.
Macam pertama dari tauhid ini, jika seseorang mengakuinya tanpa mengakui macam-macam tauhid yang lain maka belum bisa disebut muslim. karena orang-orang kafir juga mengakuinya. Allah berfirman :
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
Artinya : "Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan
menjawab: "Allah"." (QS Al-Ankabut : 61)
Allah juga berfirman :
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ
Artinya : "Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah."." (QS Yunus : 31)
Dan kenapakah mereka belum disebut sebagai muslim?
Karena mereka belum mengakui dan beriman dengan Uluhiyah Allah (silahkan baca artikel tentang Tauhid Uluhiyah). dan inilah macam tauhid yang kedua yang menentukan seseorang disebut sebagai muslim atau bukan.
Tauhid. Pengertian Ilmu Tauhid. Tauhid adalah aqidah. Aqidah berarti keyakinan. Keyakinan bahwa Allah itu Maha Esa. Aqidah juga berarti sebuah ikatan yang kuat antara manusia sebagai makhluk dengan Allah sebagai Khaliq. Ikatan yang kuat antara sesama manusia dalam satu keyakinan. Satu tauhid dan tauhid yang satu. Tauhid adalah Ath-thariqah. Ath-thariqah berarti jalan untuk memahami Keesaan Allah.
Jalan yang sesuai dengan kaidah – kaidah yang sudah digariskan Allah melalui ajaran Rasulullah Muhammad SAW.
Pemahaman tauhid yang benar ini sudah banyak berkembang dan kita hanya perlu mempelajari dan memahaminya saja melalui pemahaman – pemahaman yang sudah diamalkan oleh para sahabat nabi, para tabiin dan para wali Allah serta para ulama yang taat dan mengamalkan ilmunya serta selalu menyandarkan setiap amalannya kepada Al-Quran dan Hadist
Tauhid adalah Iman. Iman berati percaya dan mempercayai. Kepercayaan yang kuat dengan landasan rukun iman. Pengamalan rukun islam secara konsekuen dan seluruh hukum dan tata aturan yang disampaikan Allah melalui Rasulullah Muhammad SAW dalam bentuk Al-Quran dan Hadist.
Ilmu tauhid itu ilmu hati. Ilmu yang sebahagian besarnya lebih membutuhkan pemahaman dan keyakinan. Ilmu tauhid tidak memuat tata aturan peribadatan, tapi menjadi landasan dari pengamalan rukun islam dan ibadah – ibadah lainnya. Baik ibadah dalam hubungannya dengan Allah atau ibadah dalam hubungannya dengan sesama manusia atau akhlak mulia yang mengacu kepada aturan agama islam sebagai agama tauhid dan Al-Quran sebagai Kitab Tauhid.
Karena ilmu tauhid adalah ilmu hati yang sangat membutuhkan keyakinan pemahaman yang benar, maka tauhid akan menjadi rahasia antara hati dan tuhannya. Rahasia yang membangun komunikasi dua arah antara manusia sebagai pemilik hati dan Allah.
Apabila tauhid yang dipahami hati adalah tauhid yang salah, tentunya hati tidak akan bisa membangun komunikasi dengan Allah, karena jalan tauhid yang dipakai bukan jalan yang menuju hidayah Allah.
Tauhid yang benar adalah musuh utama iblis dan seluruh keturunannya, karena terjalinnya ikatan yang kuat antara manusia dan tuhannya akan menjadi benteng yang sangat kokoh dalam menangkal segala bentuk godaan dan tipu daya iblis yang bertujuan menghancurkan dan menggiring menusia menuju kelembah kehinaan dan penyesalan.
Karena tauhid yang benar adalah musuh iblis, maka dalam pembelajaran tauhid yang benar sangat rentan disusupi oleh iblis. Iblis akan membelokkan tauhid dengan cara membisikkan ke dalam hati melalui nafsu, sehingga terjadi pengingkaran terhadap tauhid itu dan atau mencampur adukkan antara tauhid dan nafsu duniawi yang sesat
Dilihat dari macamnya. ilmu tauhid itu dapat dibagai atas tiga macam yaitu :
1. Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah. Tauhid Rububiyah melihat dari asal katanya ar-rabb yang berarti mengmbangkan sesuatu dari suatu keadaan pada keadaan yang lain sampai mencapai kedaan yang sempurna. Dan tidak disebut sendirian kecuali untuk Allah dan apabila ditambahkan kepada kalimatyang lain,maka hal itu bisa untuk Allah
Jadi tauhid Rububiyah berarti tauhid yang menyakini bahwa Allah adalah tuhan. Tuhan Yang Maha Pencipta dan segala perbuatan – perbuatanNya. Pengakuan ini harus tertanam dari dalam diri. Allah telah menciptakan bumi dan langit dan apa – apa yang berada diantara keduanya. memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara serta menjaga seluruh Alam Semesta.
Pengakuan ini harus tertanam dalam hati secara sadar. Baik pengakuan yang terlahir melalui kajian – kajian yang berdasarkan akal budi ataupun pengakuan yang tumbuh sebagai akibat ketaatan dan ketekunan ibadah yang ikhlas karena Allah
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah. Tauhid Uluhiyah yaitu tauhid yang mengesakan Allah dengan perbuatan – perbuatan hambaNya atau mengesakan Allah melalui niat dan ibadah yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah semata.
Pendekatan diri dengan tauhid uluhiyah ini adalah dengan melakukan amal ibadah yang diyariatkan seperti shalat, puasa, berdo’a thawaf, Qurban, pengharapan, takut, senang, tawakal dan lain sebagainya yang kesemuanya itu berasal dari Allah dan untuk Allah semata.
Tauhid Uluhiyah ini mensyaratkan adanya tauhid rububiyah. Tanpa tauhid rububiyah, maka tauhid huluhiyah akan batal karena pengesaan Allah melalui perbuatan – perbutan hamba adalah setelah hamba tersebut menghayati dan memahami seluruh perbutan – perbutan Allah yang telah menciptakan hambaNya tersebut. Atau merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyahNya.
Tauhid Huluhiyah inilah yang selama ini menjadi pertentangan antara orang –orang kafir dengan seluruh nabi dan rasul yang diutus Allah. Pertentangan itu disebabkan tauhid huluhiyah inilah inti dari dakwah para nabi dan rasul terdahulu.
3. Tauhid Asma wa Sifat
Tauhid Asma wa Sifat. Tauhid Asma wa Sifat yaitu mengesakan Allah melalui pengakuan dan penghayatan tentang nama – nama dan sifat Allah yang didasarkan kepada Al-Quran dan Hadist Rasulullah
Tauhid ini merupakan penafsiran dari pensifatan Allah ataupun penafsiran atas Zat Allah melalui pensifatan rasulullah. Pensifatan ini harus tidak keluar dari prinsip dasar kajian ilmu tauhid bahwa, Allah tidak memberikan pengetahuan kepada manusia tentang ZatNya, tetapi manusia bisa mengenal Allah melalui sifta- sifat dan perbuatanNya
Pensifatan Allah harus bebas dari penafsiran – penafsiran yang mengandung penyimpangan seperti pemahaman penafsiran serba tuhan atau penyatuan diri manusia sebagai makhluk yang diciptakan dengan Allah sebagai tuhan yang menciptakan manusia dan pensifatan Allah juga harus bebas dari tamsil atau pengibaratan atau menyerupakan Allah dengan makhluknya. Bebas dari Visualisasi atau penggambaran tentang Allah
Tiga macam tauhid ini bukan merupakan bagian yang berdiri sendiri, tetapi ketiga macam tauhid tersebut ( tauhid rubbubuiiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma wa sifat ) merupakan satu kesatuan yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Sehingga tiga macam tauhid ini merupakan rangkaian segitiga tauhid yang saling melengkapi dan saling menguatkan.
Apabila satu dari sisi segitiga tauhid tersebut runtuh,maka segitiga tersebut juga akan hancur. Tauhid akan hancur. Apabila salah satu sisi dari segitiga tersebut rusak,maka segitigatersebut akan rusak, Tauhid yang dipahami dan diyakini menjadiakan rusak pula
Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita bersama dan melindungi kita selalu dalam hidayah dan pengampunanNya … Amin ...
PENUTUP
A. Simpulan
Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah. Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah Azza wa Jalla, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata.
B. Saran
Dari makalah diatas masih banyak sekali kekuranga baik dari pengunaan kata-kata ataupun penulisannya maka dari itu kami minta kepada Bapak / Ibu dosen untuk lebih membimbing lagi dalam membuat makalah yang sipatnya membangun.
Daftar pustaka
file:///C:/DOCUME~1/billing/LOCALS~1/Temp/CI1A.html
http://sutisna.com/artikel/keislaman/pengertian-tauhid/
http://www.artikelislami.com/2010/05/pengertian-tauhid-rububiyah.html
Daftar isi
Daftar isi ……………………………………………………………………………………………………………………………….
Kata pengantar
BAB I Penadahuluan
a. Latar belakang ……………………………………………………………………………………………………………
b. Rumusan masalah………………………………………………………………………………………………………..
BAB II pembahasan …………………………………………………………………………………………………………………
A. Pengertian tentang tauhid …………………………………………………………………………………………..
B. Pembagian tauhid ……………………………………………………………………………………………………….
BAB II penutup ………………………………………………………………………………………………………………………..
a. Simpulan ………………………………………………………………………………………………………………………
b. Saran…………………………………………………………………………………………………………………………….
Daftar pustaka …………………………………………………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Kami memuji-Nya, meminta pertolongan-Nya, meminta ampunan-Nya dan berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri kami dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tak seorang pun mampu menyesatkannya dan barang siapa disesatkan oleh Allah, maka tak seorang pun mampu memberinya petunjuk. Saya bersaksi sesungguhnya tidak ada Ilah yang berhak diibadahi selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada beliau, keluarganya dan para shahabatnya.
Selama ini harus kami akui bahwa ke-islaman kami barulah sebatas Kartu Tanda Penduduk saja. Sejalan dengan seringnya kami mengunjungi situs-situs islami, yang salah satunya adalah MILLAHIBRAHIM.WORDPRESS.COM, maka dari hari ke hari semakin bertambah pula pengetahuan kami tentang tauhid yang merupakan essensi-substansial dari ajaran Islam itu sendiri. Dari situs tersebutlah kami banyak belajar tentang TAUHID. Walaupun pada awalnya banyak sekali "penolakan yang keluar dari sempitnya volume otak kami" tetapi akhirnya sedikit demi sedikit Allah SWT berkenan membuka pintu hati ini sampai akhirnya mampu menerima "Kebenaran Tauhid Sejati"
Dari pengalaman luarbiasa tadi (pengalaman batin yang tak bisa diceritakan dengan sejelas-jelasnya
Jika anda berkenan untuk mengingatkan kami tentang kebenaran dan kesabaran, sebaiknya via Private Message saja. Sudilah kiranya anda memaklumi.
Billahit Taufiq Wal Hidayah
Wassalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.