Powered By Blogger

Jumat, 31 Maret 2017

MAKALAH TINDAK TUTUR ASERTIF GURU PASCASARJANA UNISMUH MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan suatu gejala yang wajar dalam kehidupan. Dalam hubungan tersebut, komunikasi merupakan salah satu komponen yang penting. Corak komunikasi akan banyak ditentukan oleh latar belakang orang yang berkomunikasi, seperti kebiasaan dan kepribadian. Agar komunikasi berlangsung secara efektif seseorang perlu memiliki kemampuan tindak tutur asertif. Hubungan interpersonal perilaku seseorang terhadap orang lain dapat terjadi melalui tindak tutur asertif (Depdiknas, 2008). Asertif berasal dari bahasa inggris yaitu ascertain yang berarti menentukan, menetapkan. Joseph Wolpe (Festerhem and Bear, 1995:22) mendefenisikan perilaku asertif sebagai perilaku individu yang penuh keyakinan diri. Berdasarkan pengertian diatas dapat diartikan bahwa asetif adalah perilaku yang merupakan pengungkapan perasaan, minat, pikiran, kebutuhan, pendapat yang dilakukan secara bijaksana, adil, serta penuh keyakinan diri, tepat dan tegas, bertanggung jawab serta tetap memperhatikan penghargaan atas kesetaraan dan hak orang lain. Sikap tegas artinya menuntut hak pribadi dan menyatakan pikiran,perasaan dan keyakinan dengan cara langsung, jujur dan tepat dan bertanggung jawab. Tindak asertif membuat seseorang menjadi lebih percaya diri dan merasa berharga, memiliki konsep diri yang tepat dalam kehidupan sehari-hari, serta memperoleh hubungan yang adil dengan orang lain dan orang lain akan memberi respon yang positif terhadapnya. Penjabaran di atas, memberikan gambaran secara umum mengenai pentingnya tindak tutur asertif dalam berkomunikasi. Asertif dapat berimplikasi secara positif maupun negatif jika sesorang tidak mengetahuinya maksud tindak tuturannya. Mengenali asertif sebagai satu disiplin ilmu akan mampu menambah kesantunan berbahasa. Oleh sebab itu, maka makalah ini berisi penjabaran secara spesifik mengenai tindak tutur asertif sebagai referensi praktis bagi guru dalam berinteraksi di lingkungan sekolah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu: 1. Bagaimanakah tindak tutur asertif guru di sekolah? 2. Apakah yang dimaksud perilaku asertif? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu 1. Untuk mendeskripsikan tindak tutur asertif guru di sekolah? 2. Untuk mengetahui hakikat perilaku asertif? BAB II PEMBAHASAN A. Tindak Tutur Asertif Guru Pada ilokusi ini penutur terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya, menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan. Dari segi sopan santun ilokusi ilokusi ini cenderung netral. Tetapi ada perkecualian misalnya, membual biasanya dianggap tidak sopan. Dari segi semantik ilokusi asertif bersifat proposisional. Tindak tutur asertif adalah ketika seseorang dengan tegas dan positif mengekspresikan diri. Keterusteranganlah yang disebut dengan Tindak tutur Asertif. “ Saya saat ini membutuhkan buku uang yang Anda pinjam dua minggu yang lalu”. Bukan dengan berkata,” Anda koq pura-pura lupa ya untuk mengembalikan buku atau uang yang saya pinjam?”. Sebab ada dua perbedaan yang sangat besar dalam kalimat di atas, yang asertif mengakatan “Saya saat ini membutuhkan……Jadi ada maksud menyampaikan atau mengekspresikan kebutuhan. Kalau kalimat yang kedua, “Anda koq……” berarti ada pernyataan menuduh atau menyerang seseorang. Kalimat kedua ini disebut dengan kalimat asertif. Contoh yang lain misalnya, “Anda disodori kopi oleh seseorang ternyata rasanya tidak sesuai dengan selera Anda, katakanlah kemanisan. Kalu Anda diam dan pura-pura tidak ada apa-apa, berarti Anda memilih bertindak tutur secara pasif. Selanjutnya Anda mungkin kapok meminum kopi buatannya. Atau Anda berkata, “Ah kopi yang kamu buat terlalu manis, saya tidak suka”. Kalimat di atas netral, tapi termasuk kategori yang agresif. Dampaknya dia akan kapok membuat kopi untuk Anda. Kalimat yang paling asertif adalah : “Saya sebenarnya lebih suka kopi yang tidak terlalu manis”. Dia akan berfikir bahwa dia tidak salah, hanya lidah Anda saja yang kurang pas. Dia senang, dan lain waktu dia kan berkata “saya akan bikin kopi, maunya gula seberapa banyak”. Nah hasil tindak tutur asertif ini akan membuat hubungan lebih baik. Yang membuat hubungan putus adalah ketika dengan diam-diam menjauhi orang lain karena tidak setuju, dan tidak mau berterus terang, atau ketika sering menyerang orang lain, dan kapok bertindak tutur. Jadi kunci pertama untuk bertindak tutur asertif adalah “I Message” Sampaikan perasaan, pikiran atau opini yang dipikirkan. Tidak ada satu kekuatan pun di dunia ini yang dapat menghambat seseorag untuk tindak tuturkan diri Asertifs adalah suatu kemampuan untuk tindak tutur apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan ataupun merugikan pihak lainnya (Pratanti, 2007). Menurut Pratanti (2007) Seorang yang asertif memiliki kriteria: 1. Merasa bebas untuk mengekspresikan perasaan, pikiran dan keinginan. 2. Mengetahui hak mereka. 3. Mampu mengontrol kemarahan. Tidak berarti me-repress perasaan ini, akan tetapi mengontrol dan membicarakannya kembali dengan logis dan tidak dilandasi emosi semata. Guru merupakan salah satu elemen pendidikan yang mempunyai peran penting. Bahasa sebagai medium komunikasi guru kepada siswa sangatlah vital. Pesan mendidik ataupun mengajar akan tersampaikan dengan baik jika tindak tutur yang digunakan oleh seorang guru sifatnya baik. Jika diidentifikasi, maka hampir semua jenis tindak tutur digunakan oleh guru begitupun dengan tindak tutur asertif. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di SD 179 Tanahberu, diidentifikasi beberapa tindak tutur asertif yang sering kali di ucapkan oleh guru kepada siswanya dalam berbagai konteks dan tujuan yaitu: 1. Menyatakan Tindak tutur asertif menyatakan merupakan tindak tutur yang memuat maksud menyatakan atau mempertegas sesuatu yang sifatnya benar atau salah. Misalnya pada tuturan berikut: Ibu guru memarahi Ali karena telah memukul temannya sehingga temannya menderita kesakitan. Ibu guru mengatakan “kamu ini nakal sekali, tidak punya aturan, apakah kamu mau di hukum?” Kalimat tersebut di atas berada pada konteks guru yang memarahi siswanya karena perilakunya. Tuturan tersebut begitu tegas dan langsung untuk menyatakan bahwa Ali telah bersalah karena memukul temannya. Kalimat ini mengandung nada yang begitu emosi, meskipun maksudnya benar dan tetap sasaran tapi kamimat tersebut bisa berdampak buruk terhadap psikologi siswa yang dikenai hukuman. Bentuk justifikasi guru seperti nakal bodoh dan sebagainya akan terafirmasi pada diri seorang anak yang belajar menemukan dirinya. Dalam kasus yang lain, tindak tutur asertif sangat sering dijumpai dalam proses belajar mengajar ketika guru memberikan pertanyaan kepada siswanya dan siswanya tidak mampu menjawab maka guru seringkali mengatakan asertif: “Kamu ini bodoh, kenapa tidak belajar di rumah” “Ani memang pintar, kamu layak untuk di contoh” Pernyataan-pernyataan seperti di atas sangat baik, tapi justifikasi biasanya menimbulkan gap antara yang siswa yang memilki kemapuan lebih dengan yang kurang. Seharusnya guri lebih pandai menggunakan bahasa dalam menyatakan pendapatnya kepada siswa secara halus atau dalam bentuk motivasi. 2. Mengusulkan Tindak tutur aseertif mengusulkan adalah tindak tutur guru yang diasosiasikan ketika guru ingin memberi masukan kepada rekan kerjanya atau dalam mendesain keberlangsungan pendidikan di sebuah sekolah. Tindak tutur ini sering kali didengar dalam rapat-rapat di sekolah. Tindak tutur asertfi merupakan tindak tutur yang sifatnya solusi terhadap permasalahan yang diperbincangkan. A: Siswa kita sekarang khususnya, siswa IPS banyak yang sering bolos. B : Kalau begitu pak, baiknya kita lakukan saja patroli guru di tempat-tempat yang sering siswa datangi ketika bolos sekolah. Tuturan pertama merupakan penuturan yang mengandung permasalahan yaitu bolos. Tuturan B merupakan tindak tutur asertif yang memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi disekolah tersebut berupa pengadaaan patroli guru. Dalam menggunakan tindak tutur asertif mengusulkan hendaknya guru memperhatikan nilai etika dan kesantunan berbahasa sehingga usulan yang diberikan dapat diterima dan tidak menyinggung perasaaan. Misalnya: A: Patroli guru merupakan solusi untuk mengatasi siswa yang suka bolos. B : Saya tidak sependapat dengan anda, karena patroli guru menurut saya tidak efektif dilaksanakana. Tuturan di atas merupakan perdepatan solusi dengan maksud menguslkan pendapat masing-masing. Akan tetapi, tuturan B dinilai kurang etis karena tidak mengindahkan nilai toleransi dalam berpendapat. Tuturan tidak sependapat bermakna negatif karena akan memancing perdebatan yang melibatkan emosi. Tindak tutur asertif mengusulkan biasa pada hakikatnya sama dengan asertif mengusulkan pendapat. Keduanya bermaksud menyampaikan masukan ataupun argument terhada suatu permasalahan yang dihadapi. Tidak tutur inilah yang paling sering dijumpai dalam interaksi guru di sekolah baik dengan rekan seprofesinya ataupun dengan siswanya. 3. Mengeluh Tindak tutur asertif mengeluh merupakan tindak tutur yang bersifat psikis. Tindak tutur ini akan diucapkan oleh seorang guru ketika lelah menghadapi menghadapi siswa yang memilki perilaku negatif. Tindak tutur ini mengandung keterusterangan jiwa yang dialami oleh penutur. Misalnya: “Saya sudah sangat capek mendidik kamu, tapi perilakumu tidak pernah berubah, tetap saja nakal” Jelas sekali bahwa tuturan tersebut mengandung unsur psikis mengeluh. Guru sepertinya sudah kehilangan kesabaran dalam mendidik siswanya. Biasanya, tindak tutur seperti ini akan berujung hukuman kepada siswa dalam bentuk fisik karena emosi dalam tuturan tersebut biasanya menjadi klimaks. Jadi, seorang guru hendaknya memilki kesabaran tinggi dalam mendidik siswa. Selain itu tuturan ini sering kali digunakan guru untuk berbagi cerita dengan teman gurunya dalam situasi formal (rapat) atau tidak formal (dalam bentuk curahan hati) dalam mendidik. 4. Melaporkan Tindak tutur aseertif melaporkan sering kali digunakan dalam pertemua-pertemuan formal seperti rapat evaluasi di sekolah. Tujuannya untuk mengetahui keberhasilan ataupun permasalahan terkait dengan proses berlangsungnya pendidikan di sekolah. Ada dua bentuk asertif melaporkan dalam hal ini ditinjau dari segi penyampaiannya yaitu: 1. Ada guru yang ketika melaporkan sifatnya general dan tidak menyebut pelaku. 2. Ada guru yang ketika melaporkan sesuatu secara terang-terangan. Perbedaaan keduanya dapat dicermati pada tuturan berikut: A : Siswa-siawa kita ada yang nakal ada juga yang tidak. Tapi saya kira semuanya dapat diatasi jika kita para guru bisa menjadi sahabat siswa kita B : Anto dan kawan-kawannya memang nakal pak, harus di hukum kalau perlu di keluarkan saja dari sekolah ini. Tuturan di atas sama-sama melaporkan permasalahan tapi penyampaiannya yang berbeda. Tuturan pertama lebih solutif terhadap permasalahan, ada keinginan untuk menyelesaikan secara bersama melalu metode yang baik sehingga tidak merugikan siswa. Sedangkan tuturan kedua bersifat emosional dan tidak terkendali. B. Perilaku Asertif Menurut Beberapa Ahli dalam Pragmatik 1. Menurut Pratanti (2007) sikap atau pun perilaku agresif cenderung akan merugikan pihak lain karena seringkali bentuknya seperti mempersalahkan, mempermalukan, menyerang (secara verbal ataupun fisik), marah-marah, menuntut, mengancam, sarkase (misalnya kritikan dan komentar yang tidak enak didengar), sindiran ataupun sengaja menyebarkan gosip. 2. Menurut Lazarus (Fensterheim, l980) dalam Iriani (2009) perilaku asertif mengandung suatu tingkah laku yang penuh ketegasan yang timbul karena adanya kebebasan emosi dan keadaan efektif yang mendukung yang antara lain meliputi : a. menyatakan hak-hak pribadi. b. berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak tersebut. c. melakukan hal tersebut sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi. Seseorang dikatakan bersikap tidak asertif, jika gagal mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangan/keyakinan; atau jika orang tersebut mengekspresikannya sedemikian rupa hingga orang lain malah memberikan respon yang tidak dikehendaki atau negatif (Pratanti, 2009). Perilaku asertif merupakan terjemahan dari istilah assertiveness atau assertion, yang artinya titik tengah antara perilaku non asertif dan perilaku agresif. Orang yang memiliki tingkah laku atau perilaku asertif orang yang berpendapat dari orientasi dari dalam, yaitu : a. Memiliki kepercayan diri yang baik. b. Dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut. c. Bertindak tutur dengan orang lain secara lancar. Sebaliknya orang yang kurang asertif adalah mereka yang memiliki ciri - ciri a). terlalu mudah mengalah/ lemah, b). mudah tersinggung, cemas, c). kurang yakin pada diri sendiri, d). sukar mengadakan tindak tutur dengan orang lain. Menurut Sukaji (1983) dalam Fitri (2009) perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur, relatif terus terang, dan tanpa perasaan cemas terhadap orang lain. Perilaku asertif merupakan perilaku sesorang dalam mempertahankan hak pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung dan jujur dengan cara yang tepat. Perilaku asertif sebagai perilaku antar pribadi yang bersifat jujur dan terus terang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan mempertimbangkan pikiran dan kesejahteraan orang lain. Orang yang memiliki tingkah laku asertif adalah mereka yang menilai bahwa oraang boleh berpendapat dengan orientasi dari dalam, dengan tetap memperhatikan sungguh-sungguh hak-hak orang lain. Mereka umumnya memiliki kepercayaan diri yang kuat. Menurut Rathus (l986) orang yang asertif adalah orang yang mengekspresikan perasaan dengan sungguh-sungguh, menyatakan tentang kebenaran. Mereka tidak menghina, mengancam ataupun meremehkan orang lain. Orang asertif mampu menyatakan perasaan dan pikirannya dengan tepat dan jujur tanpa memaksakannya kepada orang lain (Iriani, 2009). BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Hubungan interpersonal perilaku seseorang terhadap orang lain dapat terjadi melalui tindak tutur asertif. Asertif hakikatnya adalah tuturan adalah perilaku yang merupakan pengungkapan perasaan, minat, pikiran, kebutuhan, pendapat yang dilakukan secara bijaksana, adil, serta penuh keyakinan diri, tepat dan tegas, bertanggung jawab serta tetap memperhatikan penghargaan atas kesetaraan dan hak orang lain. Sikap tegas artinya menuntut hak pribadi dan menyatakan pikiran,perasaan dan keyakinan dengan cara langsung, jujur dan tepat dan bertanggung jawab. Tindak asertif membuat seseorang menjadi lebih percaya diri dan merasa berharga, memiliki konsep diri yang tepat dalam kehidupan sehari-hari, serta memperoleh hubungan yang adil dengan orang lain dan orang lain akan memberi respon yang positif terhadapnya. B. Saran Para siswa dapat diajak memahami konteks pemakaian bahasa, melalui tindak tutur asertif. Selain itu, para siswa juga dapat diajak untuk mengenali fungsi-fungsi tuturan (ilokusi dan perlokusi) yang terkandung dalam percakapan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Eneste, Pamusuk. 1987. H.B. Jassin: Paus Sastra Indonesia. Jakarta: Djambatan. Hirsch Jr, E.D. 1979. Validity in Interpretation. New Haven dan London: Yale University Press. Moody, H.L.B. 1971. The Teaching of Literature. London: Longman Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam PembelajaranBahasa dan Sastra .Yogyakarta: BPFE Pinontoan, Aaltje Tallei (Penyunting). 2002. Antologi Pembelajaran sastra. Bahan Perkuliahan pada Mata Kuliah Pembelajaran sastra PPs S-2 UNIMA. Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV. Diponegoro Semi, M. Atar. 1993. Rancangan PembelajaranBahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa. Sumardjo, Jakob. 1995. Sastra dan Massa. Bandung: ITB Tarigan, H.G. 1995. Dasar- dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar