Powered By Blogger

Kamis, 24 Februari 2011

Fonologi


PENGERTIAN MORFOLOGI
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa dan distribusinya. Fonologi berbeda dengan fonetik. Fonetik mempelajari bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafazkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa.
Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi.
Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata “cagar” dan “cakar”. Tetapi dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.
Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap sama saja.

Pada saat hendak kita mempelajari ilmu, pertanyaan yang pertama kali muncul biasanya berkenaan dengan pergertian yang menjadi label ilmu yang bersangkutan.
Dalam kamus internasional, Ralibi ( 1982: 363 ) mengemukakan bahwa, morfologi berasal dari bahasa yunani morfhen yang digabungkan dengan logos Morfhen berarti bentuk dan logos berarti ilmu. Bunyi / O / yang terdapat diantara morfhen logos ialah bunyi yang biasa muncul di antara dua kata yang di gabungkan. Misalnya, pada saat psyche  digabungkan dengan logos, maka muncullah bunyi /o/ seperti itu di antara kedua kata yang  digabubngkan sehingga terbentuklah kata psychologi ( psikologi ) Demikian pula ketika fon di gabungkan dengan logi, maka muncullah bunyi /o/ sehingga terbentuklah kata fonologi.
Kata, Bentuk kata, dan Leksem
            Menurut Crytal (1980: 383- 385 ), kata kata adalah satuan ujaran yang mempunyai pengenalan intuitif universal oleh penutur asli, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulisan.
            Ditinjau dari Sudut Simantik, kata selalu memiliki arti atau makna, baik arti leksikal maupun arti gramatikal. Arti leksikal yang dimaksudkan di sii adalah arti yang terdapat dalam satuan bentuk bahasa yang lain  dalam pemakaiannya, sedangakan yang dimaksudkan dengan arti dramatikal adalah arti yang terdapat pada satuan bentuk bahasa tersebut  bergabung dengan bentuk bahasa yang lain.
Ditinjau dari sudut morfologi , kata selalu berada dalam bentuk morfem, baik yang berupa morfem tunggal ( morfem bebas ) maupun yang berupa yang berupa morfem (gabungan dari beberapa buah morfem).
Ditinjau dari sudut sintaksis, kata selalu merupakan satuan bentuk bahasa yang terdiri sendiri dalam pemakaiannya, baik dalam pengucapan maupun dalam penulisanya.
Ada dua bentuk kata dalam bahasa indonesia , yaitu :
1.     Kata dasar merupakan satuan bahasa yang bermakna yang berupa morfem bebas dan berdiri sendri dalam pemakaiannya.
2.      Kata jadian atau kata turunan merupakan satuan bentuk bahasa yang bermakna yang berupa morfem kompleks dan berdiri sendiri kata dasar dalam pemakaianny seperti kata berafiks, kata berulang, kata berpartikel,  dan kata berklitik.
3.      Kata berafiks adalahs kata dasar yang telah dilekati oleh afiks atau imbuhan, seperti prefikasi atau kata berawalan (bermain, penulis, ditendang melihat), infikasi atau penyisipan (telunjuk, temali,gerigi) sufikasi atau pengkhiran (makanan, hitamkan, turuni, rasanya), komfikasi atau gabungan (kebetulan, perhentian, pedesaan).
4.      Kata berulang merupakan kata yang mengalami pengulangan bentuk, baik pengulangan seluruhnya maupun pengulangan dengan perubahan fonem atau tidak dengan perubahan fonem kata berulang ini terdiri atas empat yaitu:

Morfem Morf, dan Alomorf
            Bentuk-bentuk linguistik itu dapat berwujud morfem, dan alomorf, bahkan ada yang lebih tinggi tataranya, yaitu frase, klausa, kalimat dan wacana. Apa sebenarnya perbedaan antara morfem, morf, alomorf.?
            Morfem dibentuk oleh andua unsur bahasa (latin) yaitu unsur morfhen= bentuk dan unsur ema yang mengndung arti.
            Menurut Admaji, Dkk., morfem adalah satuan terkecil dari pembentukan kata yang dalam satu bahasa yang tidak dapat diuraikan lebih lanjut ke dalam bagian-bagian yang lebih bermakna.
            Menurut J.S. Badudu (1993) mengatakan bahwa morfem merupakan bentuk yang terkecil yang tidak dapat di bagi menjadi bagian yang lebih kecil.
            Berdasarkan pendapat tesebut dapat di simpulkan bahwa morfem adalah satua bentuk bahasa yang paling kecil dan mangandung arti, bentuk bebas maupun yang berupa bentuk terikat.
Dari definisi tersebut dua hal yang perlu perhatikan yaitu.
1.      Morfem merupakan satuan untuk bahasa yang paling kecil dan mengandung arti.
2.      Morfem merupakan satuan bentuk bahasa baik yang bebas maupn yang terikat.

Jenis- jenis Morfem
          Dalam bahasa indonesia terdapat dua jenis morfem, yakni :
1.      Morfem bebas, satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang bermakna, dan terdiri sendiri dalam pemakaiannya. Yang termasuk dalam jenis morfem bebas dalam bahasa indonesia meliputi :
a.      Semua kata dasar yang termasuk kelas kata benda.
Contoh : buku, air, mata, tali, kepali, kaki.
b.     Semua kata dasar yang termasuk kelas kata kerja.
Contoh : lihat, dengar, kerja tulis, cium, tendang.
c.      Semua kata dasar yang termasuk kelas kata sifat
Contoh : indah, besar, baik, luas, hitam, manis, cantik.
2.      Morfem terikat, satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang bermakna dan selalu terikat dengan bentuk bahasa yang lain dalam pemakaiannya.
Berkenaan dengan morfem terikat ini dalam bahasa indonesia ada beberapa hal yang kemukakan, yaitu:
Pertama : bentuk-bentuk seperti juang, heni, gaul, dan baur, juga termasuk morfem terikat karena bentuk-bentuk tersebut, maskipun bukan afiks, dapat muncul dalam tututran tampa terlebih dahulu mengalami proses ma, dan, kalau, dan atau secara morfologis, seperti; afikasi, reduplikasi, dan komposisi. Bentuk-bentuk seperti ini lazim di sebut sebagai prakategorial.
Kedua : sehubungan dengan istilah prakategorial di atas, menurut konsep verhar (1978) bentuk-bentuk seperti baca, tulis, dan tendan termasuk juga bentuk prakategorial, karena bentuk-bentuk tersebut baru merupakan ‘pangkal’ kata. Sehingga baru bisa muncul dalam pertuturan sesudah mengalami proses morfologi.
Ketiga : bntuk-bentuk seperti renta(yang hanya muncul dalam tua renta), kerotang (yang hanya muncul dalam kering kerotang), dan bugar (yang hanya muncul dalam segar-bugar) juga merupakan  orfem terikat. Lalu karena hanya bisa muncul dalam pasangan tertentu, maka bentuk-bentuk tersebut di sebut juga morfem-morfem terikat unik. Di sini, barangkali perlu juga dalam pengembangan istilah dewasa ini, beberapa morfem unik seperti bugar mulai di kembangkan, sehinga ada istilah kebugarn jasmanin. Dengan demikian, sifat keunikanya menjadi lenyap.
Keempat, bentuk-bentuk yang termasuk preposisidan konjungsi seperti: ke, dari, pada atau secara morfologis termasuk morfem bebas, tetapi secara sintaksis merupakan morfem yang terikat.
Kelima, yang disebut dengan klitika merupakan morfem yang agak sukar ditentukan statusnya: apakah terikat atau bebas. Klitika adalah bentuk-bentuk singkat, biasanya hanya satu silabel, secara fonologis tidak mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat pada bentuk lain, tetapi dapat dipisahkan. Umpahmanya klitika –lah dalam bahasa indonesia posisinya dalam kalimat Ayahlah yang akan datang. Yang dimaksud dengan proklitika adalah klitika yang berposisi di muka kata yang di ikuti, sepertinku kau sedangkan enklitika adalah klitika yang berposisi di belakang kata yang di lekati, seperti-lah,-nya dan –ku pada konstruksi dialah, duduknya dan nasibku.
PROSES MORFOLOGIS
A.     Pengertian proses morfologis
Pada bagian terdahulu telah dibedakan antara morfem dengan kata morfem Adalah satuan bahasa yang paling kecil yang tidak dapat  dibagi atas unsur-unsur pembentuka-nya. Kata mempunyai pengertian sebagai satuan bahasa bebas yang paling kecil. Pada tataran morfologi tingkatan morfem yang sangat terikat kepada bentuk bahasa yang lain. Keberadaan morfem yang lain. Keberadaan morfem selalu bergantung kepada proses morfologis yang dialaminya. Berbeda dengan morfem. Pada morfologi kata menduduki tingkat yang lebih tinggi daripada morfem bahkan merupakan tingkatan yang lebih tinggi daripada morfem bahkan merupakan tingkatan yang paling tinggi jadi. Proses morfologis adalah proses pembentukan dari kata dan bentuk dasar dengan alat pembentukan kata
Bentuk-bentuk ber-,baju,di-sengaja,ke-an, dan adil merupakan bentuk yang tidak dapat dibagi lagi unsur-unsurnya dengan demikian, bentuk-bentuk tersebut dapat dikategorikan sebgai morfem. Seperti telah di ketahui, morfem itu ada yang bebas dan ada yang tirikat.
B.     Ciri-ciri Proses Morfologis
Jika kita telaah kembali, ternyata morfem-morfem yang membentuk atau yang menjadi unsur kata itu berada fungsinya. Ada yang berfungsi  sebagai tempat penggabungannya dan ada yang berfungsi sebagai pengabung. Untuk itu, kita perhatikan contoh di bawah ini :
Baju    < berbaju
Cepat  < tercepat
Tulis    < menulis
Bangun < pembangunan
Anak   < anak-anak
Sunyi   < sunyi senyap
Dari contoh diatas, morfem baju, cepat tulis, bangun, anak dan sunyi berfungsi sebagai tempat penggabungan, sedangkan morfem ber-, ter-, meN, paN,-an morfem ulang, morfem ulang + an, senyap, dan benderang berfungsi sebgai penghubung. Morfem yang berfungsi sebagai tempat penggabungan biasa di sebut tempat dasar.  Dalam bahasa indonesia, bentuk dsar tidak selalu hrus berformem tunggal. Ada kalanya bentuk dasar suatu kata itu bentuknya masih kompleks.
Selain hal tersebut di atas, ciri lain bahwa suatu kata dikatakan mengalami proes morfologi ialah penggabugan atau perpaduan morfem-morfem itu mengalami perubahan makna. Perhatikan contoh berikut :
a.       Cangkul    <          mencangkul
Gunting     <          menggunting
Sepeda      <          bersepeda
Mobl         <          mobil-mobilan
b.      Sepeda      <          sepedah
Kemarin   <          kemaren
C.      Macam-macam morfologis
Proses morfologi atau prosespembentukan kata dalam bahasa dapat di golongkan dalam empat macam proses morfologis yaitu :  
1.      Afikasi adalah proses pembentukan kata dengan menggabungkan imbuhan pada dasar menjadi kata yang berimbuhan ( kata jadian )
Kata bentukan           afikasi
            Contoh : tatar + MeN-              menatar
                           Gigit   + meN-                 menggigit
2.      Pengulangan  /  reduplikasi adalah salah satu proses pembentukan kata. Proses terjadi adalah pengulangan bentuk dasarnya.
Morfem bebas               reduplikasi                  kata ulang 
3.      Komposisi/kemajemukan adalah proses morfologi atau proses pembebtukan kata melalui pengabungan dua morfem yang membentuk satu kesatuan. Hasil dari prose morfologi  ini adalah kata majemuk.
Morfem
+  morfem                 komposisi                kata majemuk
Morfem
Berdasarkan bagian arus di atas, bahwa kata majemuk harus selalu terdiri atas dua unsur. Dua pembentukanya itu harus merupakan satu kesatuan. Ciri-ciri  bentuk majemuk adalah sebgai berikut :
a.       Hubungan unsur-unsur pembetukanya rapat atau sudah menjadi satu senyawa.
b.      Struktur unsur-unsur pembetukanya tidak dapat di pertukarkan
c.       Salah satu atas semua unsurya adalah pokok kata.
Kategori morfologi kelas kata dalam bahasa indonesia
Bahasa Indonesia mengenal pengelompokan kosa dalam bentuk kelas kata. Tata bahasa Indonesia banyak pendapat para mengenai jumlah dan jenis kelas kata. Kelas kata terdiri dari seperangkat kategori morfologis yang tersusun dalam kerangka sistem tertentu yang berbeda dan sistem kategori morfologis kelas kata lain. Kategori morfologis adalah sederetan kata yang memiliki bentuk gramatikal dan makna gramatikal yang sama. Setiap kategori morfologis itu terbentuk oleh prosede morfologis tertentu. Prosede morfologis adalah pembentukan kata secara sinkronis. Prosede morfologis itu ada dua macam yaitu derivasi dan intleksi. Derivasi adalah prosede morfologis yang menghasilkan kata-kata yang makna leksikalnya berbeda dari kata pangkal pembentuknya. Sebaliknya, infleksi menghasilkan kata-kata yang bentuk gramatikalnya berbeda-beda, tetapi leksemnya tetap seperti pada kata pangkalnya.
Kategori Morfologi Kelas Kata Bahasa Indonesia dapat dibedakan atas:
1. Kelas Nomina
Untuk menentukan suatu kata termasuk nomina, digunakan penanda valensi sintaktis karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi nomina itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama, yaitu (1) mempunyai potensi berkombinasi dengan kata bukan, (2) mempunyai potensi didahului oleh kata di, ke, dari, pada.
Kelas nomina yang ditemukan dan data terdiri dan: (1) nomina murni, yakni nomina yang tidak berasal dari kelas kata lain, (2) nomina deverbal, yakni nomina yang terbentuk dari verba.
a. Nomina Murni
Nomina murni terdiri dari nomina dasar (monomorfemis) dan nomina turunan (polimorfemis). Nomina turunan yang terbentuk dari kata-kata nomina disebut nomina denominal.
Ø Nomina Dasar
Nomina murni berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada lima macam yaitu:
Contoh: anak,baju, kepala, orang, nasi rumah, pakaian, pasar, perut, piring, plastik, rejeki, salak, logam lengan, lantai, lekaki, kursi, kota, panggung, kilometer, kelas, kaos, jalan, huja, gerimis, gelas, gambar, buah, ujung, uang, tempat, televisi,teh, tangan, tamu, tali, sisi, sepatu, wong, bulan, mata,
Ø Nomina Denominal
Nominal denominal yang d.temukan pada data, terdin dari beberapa kategori morfologis. Semuanya terbentuk dengan denvasi, berpangkal pada nomina dasar, yakni:
Kata pengntar

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan limpahannya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok yang berjudul “morfologi ”.Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang selalu memberikan motivasi dan semangat yang tinggi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki.Untuk itu kami sangat mengharapkan partisipasi dari pembaca berupa kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk pembuatan selanjutnya.



Makassar, Januari  2011

      P E N Y U S U N

Tidak ada komentar:

Posting Komentar