A. ASAL MULA BAHASA
Sampai saat kini masih terdapat beberapa pertanyaan yang
berhubungan dengan masalah asal mula bahasa, kapan bahasa pertama ada di dunia,
bahasa apa yang pertama digunakan manusia, serta bagaimana manusia menguasai
bahasa. Bahkan para ahli belum bisa memberikan jawaban ataupun penjelasan yang
bisa dianggap memuaskan.
Penelusuran akan jejak kehidupan nenek moyang manusia di
muka bumi sampai sekarang belum menemukan bukti-bukti langsung mengenai bahasa
nenek moyang terdahulu. Tidak ada catatan atau rekaman yang dapat memberikan
informasi bagaimana wujud bahasa pada tahap-tahap awal tersebut. Karena
ketidakadaannya bukti-bukti fisik semacam itu, teori yang memuat spekulasi
tentang asal mula bahasa manusia tidak pernah berujung. Para ahli linguistik
dan para ahli bidang ilmu lainnya tak henti-henti berspekulasi tentang
teka-teki asal mula bahasa. Namun, hasilnya lebih banyak merupakan fantasi
karena tidak didukung oleh data empirik yang meyakinkan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Beberapa cerita, eksperimen, dan pendapat tentang asal mula
bahasa :
· Sekitar
abad ke-17 SM Raja Mesir Psammetichus mengadakan eksperimen terhadap bayi
yang dibesarkan di hutan belantara dengan pola pengasuhan yang tanpa
bersentuhan dengan pemakaian bahasa apapun. Setelah berusia dua tahun, bayi
tersebut dilaporkan oleh pengasuh suruhan istana dapat mengucapkan kata
pertamanya “becos” yang berarti ‘roti’ dalam bahasa Phrygia (bahasa Mesir
kuno). Banyak orang Mesir yang mempercayai bahwa bahasa Mesirlah yang merupakan
bahasa pertama manusia.
Sekitar tahun 1500 M, Raja James IV dari Skotlandia mengadakan eksperimen
terhadap seorang bayi yang dibesarkan tanpa bersentuhan dengan penggunaan
bahasa. Pada perkembangan berikutnya, bayi tersebut dilaporkan memiliki
kemampuan berbahasa Ibrani.
· Pada akhir
abad XVII seorang filsuf bangsa Swedia yang bernama Andreas Kemke menyatakan
bahwa di surgaTuhan berbicara dalam bahasa Swedia, Adam berbahasa Denmark,
sedangkan naga berbahasa Prancis.
Goropus Becanus, seorang bangsa Belanda,
berpendapat bahwa bahasa yang dipergunakan oleh Adam adalah bahasa Belanda.
Seorang filsuf
Jerman, Leibniz mengemukakan pandangan bahwa semua bahasa di dunia berasal dari
bahasa Proto.
Namun, baik pendapat Kemke, Goropus, maupun Leibniz tidak
didukung oleh bukti-bukti yang sahih, sehingga pendapat mereka dianggap sebagai
hasil rekayasa imajinasi belaka.
Dapat disimpulkan bahwa upaya manusia dalam menelusuri asal
mula bahasa lebih bernuansa mitos karena tidak berdasar pada fakta dan teori
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Terdapat beberapa teori yang ada, bahwa bahasa bersumber
dari Tuhan, bunyi alam, isyarat lisan, dan teori yang mendasarkan pada
kemampuan manusia secara fisiologis.
Dalam kebanyakan agama diyakini bahwa Tuhan melengkapi
penciptaan manusia dengan bahasa. Namun, berbagai kisah dalam agama-agama itu
belum membantu untuk mengetahui dan mengungkap apa sesungguhnya bahasa, serta
bagaimana manusia memulai penggunaan bahasa.
Pandangan lain tentang asal mula bahasamanusia didasarkan
pada konsep bunyi-bunyi alam. Menurut Socrates, menyatakan bahwa onomatopea
atau peniruan bunyi-bunyi alam merupakan dasar asal mula bahasa. Sejalan dengan
pandangan Socrates, Max Mueller (1825-1900) seorang bangsa Jerman mengemukakan
Dingdong Theory atau Nativistic Theory yang meyakini bahwa bahasa timbul secara
alamiah karena manusia mempunyai insting yang istimewa untuk mengeluarkan ekspresi
ujaran bagi setiap pesan yang datang dari luar. Selanjutnya Teori Bow-bow atau
Echoic Theory menjelaskan bahwa bahasa manusia merupakan tiruan bahasa alam.
Tetapi ternyata teori-teori yang dikemukakan tersebut
mendapat banyak kritik karena teori-teori tersebut tidak dapat membuktikan
semua ‘kata’ dapat dihubungkan dengan bunyi-bunyi alam.
Selain teori-teori sebagaimana yang telah dijelaskan, masih
ada teori lain mengenai asal mula bahasa dengan fokus pada aspek-aspek fisik
manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Teori ini disebut Teori Adaptasi
Fisiologis. Teori ini didasari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk yang paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk lain yang ada di muka bumi.
Teori Adaptasi Fisiologis sejalan dengan perkembangan Psikolinguistik.
Sekaitan dengan itu, Brooks (1975) seorang pakar Psikolinguistik menyatakan
bahwa bahasa itu lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran manusia. Dalam
menyokong pendapatnya, Brooks mengemukakan hipotesis nurani (the inneteness
hypothesis) yang menegaskan bahwa manusia itu ketika lahir dilengkapi dengan
kemampuan “nurani” yang memungkinkan mempunyai kemampuan berbahasa.
Uraian-uraian itu, sebenarnya mengimplisitkan bahwa upaya
selanjutnya yang dilakukan manusia bagi kepentingan memahami dan mengkaji
bahasa ialah dengan berfilsafat mengenai bahasa dan membuat rumusan yang
filosofis tentang aspek hakikat bahasa.
B.
HAKIKAT BAHASA
Berbahasa merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan manusia. Menyampaikan ide, menyatakan rasa senang,
menerima informasi, menanyakan sesuatu, dan kegiatan berkomunikasi lainnya,
bahkan melamun, berdoa, dan bermimpi sekalipun menggunakan bahasa. Arti bahasa
bisa dilihat tergantung dari sudut mana orang melihat bahasa tersebut.
Hakikat bahasa Yang dikemukakan para penganut Tata Bahasa
Struktural, antara lain:
1.
Bahasa merupakan Suatu Sistem
Bahasa bersifat sistematik dan
sistemik karena bahasa memiliki kaidah atau pola yang teratur terdiri atas
subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem
semantik, dan subsistem leksikon, yang saling bergantung satu sama lain.
2.
Bahasa merupakn Simbol atau Lambang
Bahasa merupakan perpaduan dua
unsur, yaitu signifiant/signifier (konsep penanda/yanh menandai dan signifie
(konsep petanda/yang ditandai).
Menurut Ferdinad de Saussure (Bapak
Linguistik Modern) sistem bahas antara lain:
Languge (semua bahasa) adalah istilah yang merujuk pada pengertian semua bahasa
yang dimiliki manusia dan digunakan sebagai alat komunikasi.
Langue (bahsa tertentu) adalah istilah bahasa yang merujuk pada pengertian
salah satu sistem bahasa tertentu. Contoh: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Bahaa Sunda, dan lain-lain.
Parole (ujaran) adalah istilah bahsa yang merujuk pada ujaran seseorang yang
menggunakan bahasa tertentu.
3.
Bahasa Bersifat Arbitrer dan Konvesional
Setiap bahasa bersifat arbitrer.
Yang artinya antara bentuk bahasa dan makna bahasa tidak ada aturan yang
mengikat bersifat manasuka. Kemanasukaan di sini masih dalam batas konvensi
(kesepakatan) pemakainya.
Adanya kesepakatan atau ciri
konvensional sebenarnya menjadi pembatas bagi kemanasukaan bahasa. Kemanasukaan
harus disepakati oleh para pemakai bahasa itu agar mudah dipahami.
Kesepakatannya berbentuk tacit agreement, yaitu pola kesepakatan sama-sama tahu
atau kesepakatan diam antara pemakai suatu bahasa.
4.
Bahasa Dihasilkan oleh Alat Ucap
Tidak semua bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap adalah bahasa, meskipun dalam pengertiannya bahasa adalah bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap.
Bunyi dengusan,siulan dan sejenisnya
hanyalah isyarat atau tanda tertentu saja. Maka, yang disebut bahasa adalah
simbol-simbol bunyi yang dikeluarkan oeh alat bicara ayau alat artikulasi, baik
untuk kepentingan menyandi pesan (encoding) maupun untuk memecahkan sandi pesan
(decoding) menjadi pesan bermakna dalam kegiatan berkomunikasi. Sebenarnya
tulisan itu hanya transkripsi (salinan) dari ujaran (bahasa sebenarnya).
Pandangan
Sosiolinguistik atau Sosiologi Bahasa
Dalam pandangan sosiolinguistik
hakikat bahasa bukan hanya sekedar “bunyi bersistem”, tetapi harus dikaitkan
dengan pengguna bahasa itu sendiri. Ini berarti bahwa Sosiolinguistik memandang
bahasa sebagai gejala sosial dan kebudayaaan tertentu.
Pandangan Psikolinguistik
Psikolinguistik merupakan ilmu yang
menelaah hubungan anatara gejala kejiwaan (psike) dan bahasa (linguistik).
Psikolinguistik memandang bahasa sebagai hasil proses mental. Dalam
Psikolinguistik kegiatan bahasa bukan hanya berlangsung secara mekanistik,
tetapi juga berlangsung secara mentalistik.
Artinya, kegiatan bahasa itu berkaitan dengan proses atau
kegiatan mental (kejiwaan).
2.
. Ciri-ciri Bahasantara
Pengertian
Bahasa Bahasa memiliki beribu banyak arti. Secara sederhana bahasa dapat di
definisikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam
hati atau alat untuk berinteraksi maupun berkomunikasi, dalam arti untuk
mrnyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.
Bahasa adalah sebuah sistem, Artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna.
Ciri-ciri atau karakteristik dari Bahasa
Ciri yang paling umum dari bahasa adalah bahasa itu berupa bunyi, kemudian bahasa itu adalah suatu sistem dan bahasa itu bermakna.
Ada lagi beberapa ciri ataupun karakteristik dari bahasa yaitu, abitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
Bahasa adalah sebuah sistem, Artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna.
Ciri-ciri atau karakteristik dari Bahasa
Ciri yang paling umum dari bahasa adalah bahasa itu berupa bunyi, kemudian bahasa itu adalah suatu sistem dan bahasa itu bermakna.
Ada lagi beberapa ciri ataupun karakteristik dari bahasa yaitu, abitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
- Bahasa Bersifat Abritrer
Bahasa bersifat abritrer artinya
hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa
berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna
tertentu. Secara kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki
empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan.
Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu.
Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu.
- Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya,
dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan
ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai
kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat
dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.
- Bahasa Bersifat Dinamis
Bahasa bersifat dinamis berarti
bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu
dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis,
morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja
terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang
tenggelam, tidak digunakan lagi.
- Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun bahasa mempunyai kaidah
atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur
yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda,
maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis,
sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya
berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang
digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.
- Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi
verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki
hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak
bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara
instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk
mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat
manusiawi.
Fungs-fungsi Bahasa
Secara umum fungsi bahasa yang paling di kenal adalah sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi sesame manusia. Namun terdapat tambahan beberapa fungsi bahasa, yaitu seperti:
1.
Fungsi instrumental, yakni bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatu
2.
Fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan untuk mengendalikan prilaku orang
lain
3.
Fungsi intraksional, bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain
4.
Fungsi personal, yaitu bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang
lain
5.
Fungsi heuristik, yakni bahasa dapat digunakan untuk belajar dan menemukan
sesuatu
6.
Fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia
imajinasi
7.
Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar