PENGKAJIAN
FIKSI BERDASARKAN PSIKOANALISIS
Psikologi/
Psikoanalisis Sastra
Analisis psikologi dalam uraian ini
mengacu dari psikoanalisis dalam strukturalisme (Ferdinand Lacan). Tamhan
analisis ini dikutip dari uraian Darma dalam bukunya Pengantar Teori Sastra. Adapun uraian yang dimaksud berikut ini.
Karena psikoanalisis dipergunakan
dalam kritik sastra, psikoanalisi juga berkembang mengikuti perkembangan
sastra. Perkembangan psikoanalisis dalam sastra yang paling penting adalah
psikoanalisis dalam strukturalisme, Ferdinan Lacan, mempelajari psikoanalisis
Freud bukan melalui psikologi, namun melalui strukturalisme. Sebagaimana halnya
Freud, Lacan adalah dokter, kemudian mengambil spesialisasi psikiatri.
Selaku psikiatris, Lacan berhubungan
ndengan para penderita paranoia.
Hubungannya dengan salah seorang pasiennya, Aimee, kemudian dikembangkan
menjadin disertasi. Dalam perkembangan perjalanan hidupnya Lacan merasa kecewa
terhadap pengembangan psikoanalisis Freud yang dilakukan oleh para psikolog.
Karena itu dia bertekad untuk “kembali ke dasar” , yaitu ke psikoanalisis
Freud.
Kendati dia kembali ke Freud, titik
berat dia bukanlah kesadaran personalitas
sebagai sarana untuk mengetahui ketidaksadaran pikiran, namun usaha untuk
mengetahui mekanisme kerja kesadaran
pikiranitu sendiri. Bagi Lacan, kesadaran pikiran adalah nucleus keberadaan kita. Ketidaksadaran
pikiran sementara itu, adalah intisari
keberadaan kita.
Salah satu kritik sastra Lacan yang
penting adalah usaha untuk memahami cerpen Edgar Allan Poe “Surat yang Dicuri”
(The Purloined Lette). Cerpen ini dianggap sebagai salah satu pelopor cerpen
detektif di Amerika. Tokoh-tokoh dalam
cerpen ini adalah Ratu, Raja, Menteri, Kepala Polisi, dan detektif Dupin.
Perkembangan alu Surat yang Dicari
dapat dirinci sebagai berikut.
1.
Menteri sedang berdiskusi dengan
Ratu, lalu dengan mendadak dan tanpa diduga, Raja dating. Raja tahu bahwa Ratu
bersusaha agar Raja tidak mengetahui surat di tangan Ratu, namun Ratu tidak
dapat menyembunyikannya. Ketika perhatian Raja dan Ratu sedang tidak berada
pada surat itu. Menteri mengganti surat itu dengan surat lain yang mirip dari
sakunya.
2.
Ratu kemudian sadar bahwa surat di
tangannya tadi telah hilang, dan dia langsung mencurigai Menteri. Begitu
Menteri pergi, Ratu member titah kepada Kepala Polisi dan anak buahnya untuk
menggeledah tempat Menteri. Kepala Polisi beserta anak buahnya dengan segala
daya dan cara berusaha untuk menemukan surat itu, namun mereka tidk dapat
menemukan apa-apa.
3.
Karena putus asa, Ratu minta tolong
Dupir. Menurut kesimpulann Dupir, tidak mungkin surat itu disembunyikan, surat
itu pasti akan ditemukan, maka pasti surat itu tidak disembunyikan. Akhirnya,
memang dia menemukan surat itu. Lalu surat itu diletakkan sedemikian rupa
sehingga nanti kalau dia kembali lagi ke rumah Menteri, dia akan mengganti
surat itu dengan surat serupa.
4.
Dupin dating lagi, lalu mengganti
surat itudengan surat palsu yang serupa. Oleh Dupin surat itu dikembalikan ke
Ratu dan sadarlah Menteri bahwa dia akan segera jatuh.
5.
Sebuah catatan dalam surat palsu
tersebut menyetakan bahwa tindakan Dupin terhadap Menteri adalah sebuah balas
dendam. Dulu, ketika Dupin dan Menteri masih sama-sama muda, mereka rebutan
pacar, dan dengan akal bulus Menteri dapat mengalahkan Dupin.
Setelah menganalisis cerpen
tersebut, Lancan membuat kesimpulan berikut ini.
a.
Surat yang dicuri adalah kepanjangan
tangan ketidaksadaran pikiran.
b.
Penyelidikan Dupin adalah proses
psikoanalisa
c.
Surat yang sebenarnya tidak
diketahui isinya adalah kepanjangn tangan hakikat bahasa.
Seorang pengikut Freud, Maria Bonaparte, juga pernah
mengkaji cerpen ini dengan mempergunakan teori psikoanalisis Greud yang murni.
Kesimpulan Maria “Surat yang Dicuri” adalah pencerminan gejala sakit jiwa dalam
diri Edgar Allan Poe sendiri. Demikianlah, sbagai pengikut setia Greud. Maria berusaha untuk masuk ke njiwa
pengarang dank arena itu dia menemukan gejala tidak sehat dalam hubungan antara
Edgar Allah Poe dengan ibunya.
Berbeda dengan Maria Bonaparte, Lancan tidak berusaha masuk
ke dalam individu pengarang. Dia melihat teks sastra sebagai metaphor yang
membuka kunci ketidaksadaran piukiran
dan konteks psikoanalisa dan dalam aspek bahasa. Dengan menganggap teks sastra
sebagai metaphor, dia dapat menemukan teori mirror
stage mengenai tahapan-tahapan dalam
kehidupan menusia dalam kaitannya dengan bahasa.
Dalam mengikuti tahapan-tahapan ini, dia mengetahui adanya nucleus keberadaan kita dan intisari keberadaan kita. Sama halnya
dengan Freud, Lancan juga mengikuti tripartite
model, namun berbeda dengan tripartite
model Freud. Dia melihat otak manusia menjalankan fungsinya melalui ke4rja
tiga “orf=der” yang berbeda, yaitu, imajiner,
simbolis, dan nyata/real.
Order imajiner berasal dari masa kanak-kanak,
ketika seorang anak mash dapat menempelkan tubuhnya erat-erat ke tubuh ibunya
dan merasakan kehangatqan tubuh ibunya. Pada saat inilah, fantasi dan imajinasi
berkembang dengan baik. Studin sastra, menurut dia, tidak mungkin melepaskan
diri dari order imajiner.
Sementara itu, order
simbolis tidak lain adalah kawasan di mana bahasa berfungsi sebagai
perwakilan pikiran dan objek. Dalam kawasan ini, manusia mengenal penggunaan
simbol dan sistem simbol. Order simbol
sebetulnya tidak jauh berbeda dengan pengertian Freud mengenai prinsip-prinsip
realitas.
Order nyata adalah order di mana manusia berkenalan
dengan pengalaman yang secara emosi sangat mendasar dan sangat kuat.
Sebagaimana misalnya kemantian dan seksualitas. Pengalaman kematian dan
seksualitas dan pengalaman lain yang mendasar merupakan kawasan yang aling
dasar dalam kehdupan manusia. Kawasan ini pada dasarnya tidak dapat dicapai,
dan hanya muncul dalam kesadaran pikiran
da;lam waktu yang betul-betul singkat. Pada saat inilah, rasa senang dan rasa
takut seolah kena terror mendatangi manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar